SIDOARJO-Nyadran adalah salah satu budaya yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang di Desa Balongdowo, Kecamatan Candi, Kabupeten Sidoarjo. Nyadran merupakan suatu tradisi di desa tersebut sebagai rasa syukur atas berkah laut yang diberi oleh sang pencipta, yang memberikan kehidupan untuk para pelayan.
Nyadran biasanya dilaksanakan di bulan ruwah, atau tepatnya 2 minggu sebelum menjalankan bulan puasa. Rute budaya Nyadran di Desa Balongdowo ini bermula dari sungai Balongdowo sampai ke Sungai Ketingan yang merupakan daerah makam Dewi Sekardadu. Para warga yang melaksanakan nyadran biasanya membawa tumpeng dan melaksanakan Tahlil & Istighosah berjamaah sebagai doa rasa syukur atas berkah laut yang diberikan.
Warga yang mengikuti nyadran bukan hanya dari Desa Balongdowo saja, tapi dari berberapa desa lain yang menjadi simpatisan acara nyadran ini juga. Antara lain Desa Balonggabus, Desa Kebonsari, Desa Klurak & Desa Kedungpeluk. Hal ini menjadikan acara dari Nyadran dapat berlangsung secara meriah.
Arus aliran sungai juga berdampak besar pada budaya nyadran ini. Karena Nyadran tidak bisa dilaksanakan ketika Arus aliran sungai sedang surut. Menurut Bpk, Amiril Mu’minin selaku Kepala Desa Balongdowo, Beliau mengatakan bahwa “nyadran mengikuti pasang surut nya air, jadi nyadran tidak bisa dilakukan kalau posisi air tidak besar”.
Selain itu juga pada malam hari, terkadang ada acara adu sound yang di ikuti oleh pemuda - pemuda dari warga desa setempat. Dimana adu sound ini bertujuan untuk memamerkan suara sound system yang terpasang di kapal yang digunakan pada saat nyadran. Namun banyak masyarakat di sekitar Desa Balongdowo memandang negatif hal tersebut, Karena pada saat acara adu sound music yan di putar adalah music dj dan banyak pemuda - pemuda yang berjoget di atas kapal.
Bpk, Amirul Mu’minin Selaku Kepala Desa secara tegas mengatakan “Sebetulnya itu bukan acara nyadran loh mas, Tolong digaris bawahi dan dicatat. Itu adalah acara anak muda - muda ingin memeriahkan acara nyadran”. Dari pernyataan tersebut adu sound merupakan acara diluar acara nyadran yang di buat oleh anak muda setempat untuk memeriahkan acara nyadran itu sendiri.
Disamping itu kegiatan pada saat nyadran yaitu melakukan besik, atau membersihkan tempat kuburan para leluhur dari kotoran dan rerumputan. Kirab atau arak - arakan peserta nyadran munuju tempat upacara dilaksanakan. Ujub atau maksud dari serangkaian upacara adat nyadran oleh pemangku adat. Doa yang dipimpin oleh pemangku adat ditujukan kepada leluhur yang di doakan. Kembul Bujono atau tasyakuran, yakni makan Bersama peserta nyadran.
Budaya ini harusnya dilestarikan oleh warga setempat karena menjadi salah satu bentuk keanekaragaman budaya di Indonesia, budaya ini harus di turunkan supaya tidak hilang dari masyarakat. Memang perlu waktu tapi setidaknya budaya ini tidak hilang terlahap oleh zaman dan waktu, karena dunia sudah semakin maju dan tentunya banyak budaya kita yang sudah mulai pudar. Oleh karena itu marilah kita lestarikan budaya ini agar tidak hilang dan memperkenalkan budaya ini agar semua orang mengetahui Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya
-AFH
Komentar
Posting Komentar